Selama bertahun-tahun, kalangan medis mengabaikan manfaat kesehatan
dari habbatussauda (jintan hitam) dalam mendukung pengobatan modern
Habbatussauda saat itu hanya dianggap sebagai obat rakyat biasa. Namun, para ilmuwan kini mulai menengok lebih dekat berbagai manfaat dari tanaman tersebut. Perubahan sikap ini terutama disebabkan oleh tren baru untuk mencari alternatif dari obat-obat sintetis yang seringkali memiliki efek samping berbahaya.
Habbatussauda adalah biji dari tanaman berbunga dengan nama botani Nigella Sativa, yang dibudidayakan di India, Arab dan Eropa dan telah digunakan selama ribuan tahun dalam pengobatan tradisional. Firaun Tutankhamun dan raja-raja Mesir kuno lainnya konon menyertakan jintan hitam di makamnya. Praktik umum orang Mesir kuno adalah menyertakan benda-benda berharga di dalam kubur yang dipercaya akan dibutuhkan orang yang meninggal di akhirat.
Habbatussauda juga disebutkan dalam teks-teks agama dan risalah-risalah kedokteran kuno. Menurut hadist shahih dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Jagalah dirimu dengan jintan hitam karena ia adalah obat untuk segala penyakit kecuali ‘as Sam’ (kematian).” Dalam kitab klasik “Kanun Pengobatan” yang ditulis oleh Ibnu Sina (980-1037), seorang dokter dan filsuf kenamaan dari Persia, jintan hitam banyak disebut sebagai obat alami untuk berbagai penyakit. Jintan hitam dinyatakan bermanfaat untuk merangsang energi tubuh, membantu pemulihan dari kelelahan dan berguna untuk mengobati gangguan pencernaan, penyakit kandungan dan penyakit pernapasan. Masyarakat di Cina, India dan Arab secara turun-temurun menggunakannya untuk perawatan masalah pernapasan, penyakit pencernaan, menstimulasi sistem kekebalan tubuh, memulihkan energi dan menyembuhkan kondisi seperti diabetes, eksim, psoriasis, artritis, inkontinensia, batu empedu, pilek, dan kerontokan rambut.
Beberapa penelitian dilakukan di AS dalam beberapa tahun ini untuk penerapan jintan hitam dalam kasus-kasus penyakit yang serius. Hasil awal menunjukkan kemajuan yang menakjubkan dan mengonfirmasi potensi medis jintan hitam. Penelitian di Thomas Jefferson University di Philadelphia menegaskan manfaat thymoquinone untuk menghentikan perkembangan kanker pankreas dan membunuh sel-sel kanker melalui apoptosis, proses yang terdiri dari serangkaian perubahan biokimia yang pada akhirnya mengarah pada kematian sel. Para peneliti di University of Mississippi Medical Center pada tahun 2007 juga menemukan manfaat thymoquinone pada sel-sel kanker usus besar. Mereka melaporkan bahwa thymoquinone menghancurkan sel-sel kanker dengan menghambat fungsi metabolisme sel-sel, serupa dengan cara kerja obat yang biasa digunakan dalam kemoterapi. Para peneliti di Institut Kanker dan Laboratorium Immunobiologi South Carolina menyebutkan bahwa habbatussauda merangsang sel-sel sumsum tulang dan imunitas dan meningkatkan produksi interferon, melindungi sel terhadap virus, menghancurkan sel-sel kanker dan meningkatkan produksi antibodi.
Habbatussauda saat itu hanya dianggap sebagai obat rakyat biasa. Namun, para ilmuwan kini mulai menengok lebih dekat berbagai manfaat dari tanaman tersebut. Perubahan sikap ini terutama disebabkan oleh tren baru untuk mencari alternatif dari obat-obat sintetis yang seringkali memiliki efek samping berbahaya.
Habbatussauda adalah biji dari tanaman berbunga dengan nama botani Nigella Sativa, yang dibudidayakan di India, Arab dan Eropa dan telah digunakan selama ribuan tahun dalam pengobatan tradisional. Firaun Tutankhamun dan raja-raja Mesir kuno lainnya konon menyertakan jintan hitam di makamnya. Praktik umum orang Mesir kuno adalah menyertakan benda-benda berharga di dalam kubur yang dipercaya akan dibutuhkan orang yang meninggal di akhirat.
Habbatussauda juga disebutkan dalam teks-teks agama dan risalah-risalah kedokteran kuno. Menurut hadist shahih dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Jagalah dirimu dengan jintan hitam karena ia adalah obat untuk segala penyakit kecuali ‘as Sam’ (kematian).” Dalam kitab klasik “Kanun Pengobatan” yang ditulis oleh Ibnu Sina (980-1037), seorang dokter dan filsuf kenamaan dari Persia, jintan hitam banyak disebut sebagai obat alami untuk berbagai penyakit. Jintan hitam dinyatakan bermanfaat untuk merangsang energi tubuh, membantu pemulihan dari kelelahan dan berguna untuk mengobati gangguan pencernaan, penyakit kandungan dan penyakit pernapasan. Masyarakat di Cina, India dan Arab secara turun-temurun menggunakannya untuk perawatan masalah pernapasan, penyakit pencernaan, menstimulasi sistem kekebalan tubuh, memulihkan energi dan menyembuhkan kondisi seperti diabetes, eksim, psoriasis, artritis, inkontinensia, batu empedu, pilek, dan kerontokan rambut.
Penelitian modern
Dalam 50 tahun ini, ratusan hasil penelitian yang dipublikasikan semakin menguatkan berbagai manfaat pengobatan jintan hitam. Pada tahun 1960, para peneliti Mesir menegaskan bahwa biji habbatussauda mengandung nigellone yang memiliki efek bronkodilatasi. Pada tahun 2003, para dokter di Arab Saudi menemukan bahwa minyak habbatussauda dapat menurunkan tekanan darah, melancarkan pernapasan serta menurunkan kolesterol dan glukosa darah. Mereka mengidentifikasi salah satu komponen aktif dalam jintan hitam yang bernama Nigel thymoquinone yang memiliki aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan antimikroba.Beberapa penelitian dilakukan di AS dalam beberapa tahun ini untuk penerapan jintan hitam dalam kasus-kasus penyakit yang serius. Hasil awal menunjukkan kemajuan yang menakjubkan dan mengonfirmasi potensi medis jintan hitam. Penelitian di Thomas Jefferson University di Philadelphia menegaskan manfaat thymoquinone untuk menghentikan perkembangan kanker pankreas dan membunuh sel-sel kanker melalui apoptosis, proses yang terdiri dari serangkaian perubahan biokimia yang pada akhirnya mengarah pada kematian sel. Para peneliti di University of Mississippi Medical Center pada tahun 2007 juga menemukan manfaat thymoquinone pada sel-sel kanker usus besar. Mereka melaporkan bahwa thymoquinone menghancurkan sel-sel kanker dengan menghambat fungsi metabolisme sel-sel, serupa dengan cara kerja obat yang biasa digunakan dalam kemoterapi. Para peneliti di Institut Kanker dan Laboratorium Immunobiologi South Carolina menyebutkan bahwa habbatussauda merangsang sel-sel sumsum tulang dan imunitas dan meningkatkan produksi interferon, melindungi sel terhadap virus, menghancurkan sel-sel kanker dan meningkatkan produksi antibodi.